Hadiah
Terindah untuk Ibu
Di
suatu desa yang berada dipinggiran kota Solo, hiduplah seorang anak yang
bernama Agung. Agung adalah anak dari bapak Supratman dan ibu Nur Kholifah. Dia
sekarang duduk di kelas IV sekolah dasar. Bapak Supratman adalah seorang buruh
tani yang hidup sangat sederhana. Dan ibu Agung yang bernama bu Nur adalah
seorang ibu rumah tangga yang mempunyai pekerjaan sampingan membuka warung di
rumah mereka. Agung juga memiliki seorang adik perempuan yang bernama Lintang,
dia sekarang baru berusia 4 tahun. Setiap hari Agung selalu rajin membantu ibu
untuk menyelesaikan pekerjaan di rumah,seperti menyapu, memberikan makan ternak
ayam dan itik, mencuci piring, dan lain-lain. Agung memang sudah dibiasakan
hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang lain sejak ia masih kecil oleh
ibu dan ayahnya. Jadi, Agung sudah terbiasa untuk melakukan apapun dengan
sendiri, dan jika Agung merasa kesulitan, ia baru akan meminta bantuan kepada
ibu dan ayahnya. Meskipun demikian, Agung tidak pernah merasa bahwa hal
tersebut merupakan beban dalam hidupnya.
Pagi
itu, seperti biasanya, Agung bangun pukul 04.30 untuk menjalankan sholat subuh.
Ia akan bangun sendiri ketika mendengar suara adzan dari masjid di kampung
tanpa harus dibangunkan oleh ibu atau ayahnya. Setelah selesai sholat berjamaah
di masjid, Agung belajar sebentar untuk persiapan sekolah nanti. Tiba-tiba dari
dapur ibunya memanggil, “Mas Agung, bisa bantu ibu sebentar tidak? Ibu sedang
sibuk”. “Iya Bu”, sahut Agung cepat. Dan kemudian Agung lari keluar dari
kamarnya dan pergi ke dapur, “Ada apa bu?”. “Tolong ambilkan ibu air di belakang
rumah mas untuk masak, ibu sedang kerepotan”. “Siap laksanakan komandan, tunggu
sebentar”, jawab Agung. Setelah selesai membantu ibunya, Agung segera bergegas
untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. Setelah semuanya telah siap, Agung
diminta oleh ibunya untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah.
Setelah selesai sarapan, ia segera pamit kepada ibu dan ayahnya untuk segera
berangkat ke sekolah. Di perjalanan, Agung bertemu dengan teman satu kelasnya
yaitu Aldi, Sukma, dan Rizal. Kemudian mereka berangkat ke sekolah
bersama-sama.
Di
sekolah, Agung dikenal sebagai siswa yang cerdas dan rendah hati. Dia selalu
disukai oleh teman-temannya di kelas. Namun ada salah seorang teman satu
kelasnya yang tidak suka dengan Agung, ia adalah Sandi. Sandi adalah anak orang
kaya, bapak ibunya adalah pegawai kantoran. Dan ia tumbuh sebagai anak yang
manja dan sombong. Hari-hari Agung sudah biasa diejek oleh Sandi, Sandi selalu
mengejek Agung sebagai anak orang miskin, udik, dan kumuh. Namun Agung tetap
sabar dengan ejekan yang dilontarkan oleh Sandi kepadanya.
Suatu
hari di bulan November, Agung ingat bahwa bulan depan adalah hari ibu. Ia
sedang berpikir untuk memberikan suatu hadiah yang berkesan untuk ibunya karena
Agung begitu mencintai ibunya. Selama ini Agung belum bisa memberikan hadiah
apapun untuk ibunya. Maka kali ini Agung akan berusaha sekuat tenaga untuk
berusaha memberikan ibunya sebuah hadiah. Agung berpikir sangat keras, akhirnya
ia menemukan sebuah ide, yaitu ia akan bekerja membantu mencuci piring di
kantin sekolah, karena orang yang biasanya membantu ibu kantin telah berhenti
bekerja. Setiap jam istirahat dan setelah bel pulang sekolah Agung segera
bergegas untuk membantu membereskan kantin dan membantu mencuci piring. Karena
Agung sangat rajin, ibu kantin juga terkesan dengan sikapnya. Meskipun Sandi
selalu mengejek Agung karna ia bekerja di kantin sekolah, namun Agung tidak
pernah gentar dan malu dengan pekerjaannya.
Hari-hari
berlalu, dan bu Nur ibu Agung curiga kepada anaknya mengapa Agung sering pulang
terlambat ke rumah. Dan bu Nur bertanya kepada Agung, “Mas, kok sekarang sering
pulang terlambat kenapa?”. Agung kaget dan menjawab,”Ti....tidak apa-apa kok
bu, Agung tidak pergi keluyuran kemana-mana, ibu tidak perlu khawatir dengan Agung”.
Setiap
satu minggu sekali, Agung mendapatkan uang bayaran sebesar Rp 5.000,- dari
hasil bekerjanya di kantin sekolah. Memang jumlahnya tidak begitu besar, namun
Agung tetap bersyukur dan menabung uang tersebut untuk membelikan ibunya sebuah
hadiah di hari ibu nanti.
Setelah
uang sudah terkumpul dan dirasa cukup untuk membeli sebuah hadiah, Agung
setelah pulang dari sekolah pergi ke pasar terdekat. Disebuah toko ia melihat
jilbab yang sangat cantik dan cocok untuk ibunya. Ia ternyata ingin membelikan
ibunya sebuah jilbab. Maka segerlah Agung masuk ke dalam toko tersebut dan
bertanya, “Bu, jilbab yang ada di sebelah sana harganya berapa ya? Saya ingin
membelikannya untuk ibu saya”. “Oh...jilbab yang di sebelah sana, harganya Rp
40.000,- nak, kamu mau membelinya”, jawab ibu penjaga toko. “I...iya bu, tapi
saya hanya mempunyai uang Rp 35.000,- kan masih kurang bu, tapi saya
menginginkan jilbab itu untuk ibu saya sebagai hadiah di hari ibu nanti”.
Karena merasa kasihan dan iba kepada Agung, akhirnya ibu penjaga toko
memberikan jilbab tersebut kepada Agung dengan uang bayaran yang kurang. Agung
merasa sangat senang dan bangga bisa membelikan ibunya sebuah hadiah.
Hari
sudah sore, Agung baru sampai di rumah. Ia ditanya oleh ibunya mengapa baru
sampai di rumah. Agung tanpa mengelak menjawab pertanyaa dengan jujur yaitu
bahwa ia baru pulang dari pasar untuk membelikan ibunya sebuah hadiah. Ibu
Agung merasa terkejut, ia tidak menyangka bahwa anak laki-lakinya bersikap
demikian. Lalu Agung berkata, “Maafkan Mas ya bu, jika sudah membuat ibu
khawatir, hadiah ini Mas berikan untuk ibu di hari ibu ini”. “Mas dapat dari
mana uang untuk membeli hadiah ini? hadiah ini kan tidak murah?”, jawab ibu.
“Mas bekerja mencuci piring di kantin sekolah bu, makanya Mas sering pulang
terlambat. Ini semua Mas lakukan untuk membelikan ibu sebuah hadiah”, jawabnya.
“Mas, Mas tidak perlu bekerja lagi di kantin sekolah, karena dengan Mas yang
berbakti kepada ibu dan ayah sudah menjadi hadiah yang sangat luar biasa untuk
ibu, jadi Mas tugasnya di sekolah hanya belajar, ok?”, sahut ibu. “Iya bu,
maafkan Mas ya?”. “Tidak apa-apa, ibu juga berterima kasih kepada Mas karena
Mas sangat perhatian kepada ibu, sini peluk ibu”, kata ibunya. Akhirnya Agung
memeluk ibunya dengan begitu erat, ia sangat menyayangi dan mencintai ibunya
sampai kapanpun. Terima Kasih.
Created
by :
Maria
Frans
09
Januari 2015
Komentar
Posting Komentar