Langsung ke konten utama

Jawaban yang aku tunggu?

Malam ini ada setitik cahaya yang cukup menerangi jiwaku selama ini. Hatiku akhir-akhir ini terasa pilu. Sebabnya tidak lain tidak bukan adalah aku merasa ilmu yang aku dapatkan dan aku miliki tidak bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitarku. Dari dulu, aku selalu bingung ingin bercita-cita sebagai apa, namun satu yang selalu aku inginkan adalah bermanfaat bagi orang lain, entah itu sebenarnya sebuah cita-cita atau bukan. Dan saat kuliah, aku baru menyadarinya bahwa keinginanku itu bisa saja menjadi sebuah cita-cita. Dan ini jalan yang aku pilih, berarti secara tidak langsung ketika aku kuliah di sini aku telah melangkah ke jalan yang tepat untuk mewujudkan cita-citaku. Sampai hari ini, aku merasa menjadi orang yang bodoh dan tidak berguna serta tidak bisa melakukan hal apapun untuk mewujudkan keinginanku. Apakah aku tidak peka, ataukah aku yang kurang sungguh-sungguh berjuang selama 5 bulan ini? Iya, memang dari luar aku terlihat hanya diam, tidak berusaha, dan menerima keadaanku saat ini. Tapi, itu semua hanya anggapan orang-orang kepadaku. Karena apa, karena sesungguhnya hatiku sedih dan gundah menerima kenyataan ini. Tidak berusaha? Mereka salah besar, mereka tidak perlu mengetahui apa yang telah aku lakukan, karena toh mereka tidak akan perduli dengan penolakan dan kegagalan yang aku lalui. Mereka hanya menilai sebuah pencapaian BUKAN sebuah proses perjuangan yang aku lalui. Dan jujur, perasaanku selalu tidak bisa berdamai dengan diriku sendiri, namun di depan mereka aku masih saja terlihat santai dan baik-baik saja, padahal itu adalah sebuah rasa yang memang sengaja aku tutupi dari mereka. Beberapa kali menelan pahitnya kegagalan membuatku tidak bisa berdamai juga dengan penciptaku. Beberapa waktu lalu aku merasa ngambek dan merasa bahwa Allah tidak adil padaku untuk keadaanku, namun aku kembali sadar, bukankah aku adalah hamba-Nya yang beriman? Tapi mengapa aku dengan teganya berburuk sangka pada-Nya seperti itu? Bodoh, aku benar bodoh dan salah karena telah menilai Allah seperti itu. Justru saat ini Allah sedang menguji kadar imanku, seberapa kuat, sabar, dan ikhlas kah aku dalam menjalani hari-hariku saat ini. Bukankah Allah tidak suka dengan hamba-Nya yang mudah putus asa? Bukankah Allah menyukai orang-orang yang meminta dan berdoa kepada-Nya? Iya, aku berusaha untuk berdamai dengan penciptaku.
Aku berharap, besuk atau lusa ada kabar baik untukku. Hari Rabu yang lalu aku tes di salah satu LBB di Purwodadi untuk menjadi staff pengajar. Jika sesuai dengan kandidat yang mereka butuhkan, mereka berjanji akan menghubungi peserta satu minggu kemudian. Jujur, aku merasa pesimis. Karena aku telah membuat kesalahan yang menurutku fatal. Saat mereka mengajukan sebuah pertanyaan (Matematika) lisan dan aku diminta untuk mengerjakan di papan tulis, AKU SALAH RUMUS. Sepanjang perjalanan pulang aku merasa janggal, sepertinya rumus yang aku gunakan salah, dan setelah aku cek ternyata memang salah. Sungguh disayangkan dan menyesakkan dada haha. Aku sadar, kesalahan ini adalah kesalahanku sendiri, saat itu aku merasa grogi dan tegang. Jadi, hal ini membuatku lupa dan tidak bisa berfikir jernih. Pun sama, aku rasa aku kurang dalam belajar sebelum menghadapi tes. Ya setidaknya di balik itu semua ada banyak hikmah dan pembelajaran yang bisa aku ambil. Jika memang rezekiku di sini, pasti aku bisa diterima. Tapi jika tidak, berarti Allah memintaku untuk berjuang lebih sungguh-sungguh dan keras lagi.
Kembali pada alinea pertama yang berhubungan dengan setitik cahaya yang aku dapatkan malam ini. Malam ini, mereka (Mas Ega, Mbak Gea, dan Mbak Bella) memintaku untuk mengajari dan membimbing mereka dalam belajar. Maklumlah, mereka sedang menghadapi UTS. Mereka bertiga notabene adalah keponakanku sendiri. Aku berusaha semampu yang aku bisa dan berusaha menjadi guru sekaligus teman yang baik untuk mereka. Semoga mereka bisa merasa nyaman dan aman. Untuk saat ini, minat belajar mereka yang tinggi dan ingin menjadikan aku sebagai tentor dalam belajar, sudah cukup membawa angin segar yang menyejukkan bagiku, hatiku terasa mekar kembali. Semangatku terasa membara kembali. Karena apa? Iya, karena aku bisa bermanfaat bagi orang lain di sekitarku. Aku kembali merasa direcharging, aku merasa bahagia. Namun aku sadar, ini bukan akhir dari perjuanganku, aku tidak mau stuck di sini, aku harus menemukan jalanku yang lebih baik. Namun, setidaknya ini menjadi awal yang baik untuk diriku sendiri kedepannya.
Terima kasih untuk Allah SWT
Terima kasih untuk ibu dan bapak
Terima kasih untuk orang-orang yang selalu mendukug dan mendoakanku
Sekian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku takut di culik "pepek`an" ?

Pagi ini aku akan bercerita tentang kegiatanku membimbing anak-anak belajar tadi malam (baca: les) yang menurtku lucu dan membuatku geli. Tadi malam ada 4 anak yang berangkat les, yaitu: Danang (kelas 1) , Bella (kelas 3), Agan (kelas 4), dan Ega (kelas 4). Jujur sebenarnya cukup riweuh membimbing mereka, karena tingkatan kelas mereka yang berbeda. Danang harus diajari membaca dan menulis (membutuhkan bimbingan belajar secara personal, tidak bisa kalau keadaan sedang banyak orang), sedangkan anak-anak yang lain yang tingkatan kelasnya lebih tinggi harus diberi materi. Duh... sempat pusing ke sana ke mari, tapi aku berusaha se- enjoy mungkin menjalaninya. Ketika aku mengajari Danang membaca, tiba-tiba mereka (Agan, Ega, dan Bella) nyeletuk tentang "pepek`an" . Usut punya usut, ternyata Bella dan Ega sering ikut Car Free Day (baca: CFD). Kemudian aku bertanya kepada mereka, apa sebenarnya CFD itu? mereka tidak mengetahuinya, yang mereka tahu adalah di CFD banyak orang yang be...

Catatan Akhir 20-an

Hari demi hari berlalu begitu cepat Tepat hari ini, usiaku genap 29 tahun Banyak sekali hal yg bisa aku syukuri sampai hari ini Badan yg sehat, keluarga di dekat, serta di kelilingi orang-orang baik Walau hati dan kesehatan mental sedang tidak baik-baik saja Tapi aku akan selalu bersyukur dg keadaanku sampai hari ini Jujur tidak pernah aku bayangkan sampai sejauh ini penantianku Tidak ada kata terlambat, namun sudah diluar ekspektasi Aku pun tidak tahu mengapa seperti ini Apakah mungkin mental ini terlalu kekanak-kanakan? Sehingga belum siap berjalan menuju fase berikutnya? Sedih? jelas ada, karena beberapa bulan terakhir selalu memberikan tangis kepada ibu dan bapak dg keadaanku yg masih seperti ini Pun usia sudah tidak terlalu muda lagi, kesehatan badan memang benar-benar tidak seperti dulu lagi Lantas apa yg harus ku lakukan? Yuk bisa yuk, memperbaiki diri lagi Agar ketika sudah waktunya dipertemukan seseorang yg tepat dan waktu yg tepat Mental dan hati ini sudah menjadi lebih kuat ...

Alhamdulillah... 100%

Ingin menuliskan cerita panjang Bertepatan dengan 5 tahun aku mengabdikan diri di Sekolah Allahu Akbar... Alhamdulillah... Allah memberikan aku kesempatan berada di fase ini Dulu aku tidak berani membayangkan berada di titik ini Karena ku pikir ini "impossible" Akan ku ceritakan semuanya dari awal... Sejak duduk di bangku kelas XII aku pun merasakan keresahan seperti teman-teman yg lain, apa yg akan aku lakukan setelah ini? Saat itu sudah patah hati karena tidak bisa mengikuti SNMPTN Jalur Undangan, kemudian aku berdiskusi dengan orang tua untuk menentukan langkah apa yg harus aku ambil setelah ini. Sebelumnya saat duduk di kelas XI orang tuaku sudah memberiku rambu-rambu untuk menjadi guru SD (saja). Karena menjadi guru tidak menyita banyak waktu, anggapan mereka. Awalnya aku punya opsi kampus yg ingin ku jadikan tempat belajar, tapi karena dirasa terlalu mahal maka aku urungkan niatku dan mencoba mencari kampus lain yg "sedikit bersahabat" dalam biaya. Tepat 4 tah...